Sabtu, 19 Maret 2016

Kesehatan Mental

A. Konsep sehat
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut. Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya.
Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan .
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan Spiritual :
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Misalnya bila kita mepunyai perasaan marah, takut, sedih, senang, benci cinta, antusias, bosan dll sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada kita.Munurut Daniel Golemen, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan – aturan agama yang dianutnya .
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi,politik dan sebagainya serta saling toleran dan menghargai . Kesehatan sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, sehingga mampu untuk hidup bersama dengan masyarakat lingkungannya.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
5. Kesehatan intelektual adalah suatu dimana seseorang mampu mengendalikan kecerdasannya untuk berfikir, berfikir baik maupun buruk. kesehatan intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun memecahkan problem yang di hadapi.
6. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada gangguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologi dan sosial dpat melakukan kegiatan sehari -hari dalam kondisi yang baik atau optimal.Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)dalam mempertahankan kesehatannya.
Dimensi Emosi
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya ,berhenti sejenak dan memijit pada bagian kaki yang keseleo saat bermain futsal.
Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik
Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara-cara menguranginya.Dan kali ini,saya akan membahas sejarah singkat perkembangan kesehatan mental, mulai dari zaman prasejarah,peradaban-peradaban awal,abad pertengahan,zaman renaisans,abad XVII-Abad XX dan psikiatri.
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental maupun fisik,tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia memandang dan merawatnya sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi untuk penyakit mental atau fisik digunakan perawatan seperti menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh menggembirakan karena para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.
Peradaban-peradaban awal
Dalam peradaban awal di Mesopotamia,Mesir,Yahudi,India,Cina dan benua Amerika,imam imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.Sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 M)penyakit mental menjadi hal yang umum.Di Babilonia dan Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan pengobatannya dilakukan dengan upacara agama dan upacara magis supaya setan keluar dari tubuh pasien.Di Mesir dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan semacam psikoterapiyang serupa dengan beberapa pendekatan modern untuk mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dan pengobatannya hanyalah dengan cara bertobat pada-Nya.Namun lain hal nya dengan Persia, disana setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain.Di Cina,orang-orang memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau oleh nenek moyang yang marah.Dan di Yunani, para pasien sakit mental dibawa ke kuil kuil kesehatan di mana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab gangguan mental.
Abad Pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam periode abad 10-15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir keluar setan dengan cara menghukum atau menyiksanya.
Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit mental dan menolak kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.
Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada perilaku yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang memiliki penyakit mental.Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak Psikiatri yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas dan tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai rumah sakit modern pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self" yang memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.
Psikiatri
Pada tahun 1800-an ada usaha untuk menolong paien sakit mental,tetapi dokter-dokter belum menemukan penyebab,pencegahan dan penyembuhan yang efektif untuk penyakit mental walaupun mereka sudah mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan mental.Pada abad 19 kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan filsufyang berpengaruh pada psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental.Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883,ia menerbitkan buku pelajaran yang menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem teoritis menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen(dari dalam tubuh) dan faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).
Sejarah perkembangan kesehatan mental terbagi menjadi 2 periode yaitu periode pra ilmiah dan periode ilmiah:
1. Periode Pra Ilmiah
Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental, yaitu dengan pendekatan naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik akibat dari alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi. Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Dirumah sakit ini pasienya yang maniac dirantai, diikat ditembok, ditempat tidur selama 20 tahun atau lebih. Akhirnya, banyak yang berhasil.
2.Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era gangguan mental yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) sebagai staff medis di rumah sakit Penisylvania, terdapat 24 pasien yang dianggap lunaties (orang0orang gila atau sakit ingatan). Rush melakukan usaha lain selain mengurung dan mengguyur air terhadap pasienya, yaitu dengan cara : memberikan motivasi (dorongan) untuk ingin bekerja, refreshing (mencari kesenangan).
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para ahli, terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental. Berkat usaha Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di Amerika.
Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA) dan American Federation For Sex Hygiene. Perkembangan gerakan kesehantan mental tidak lepas dari Clifford Whittingham Beers (1876-193) karena jasanya ia dinobatkan sebagai “The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Beers juga mengeluarkan Otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang berjudul “A Mind That Found Itself” dan dia juga merancang program yang bersifat nasional untuk mereformasikan program, penyebaran informasi, prndorongan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers menamakan gerakan itu dengan nama “Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Tahun 19 febuari 1909 didirikan National Commitye Siciety For Mental Hygiene, Berrs menjadi sekretarisnya. Tujuan organisasi ini bertujuan melindungi, menyusun perawatan, meningkatkan studi, menyebarkan pengetahuan dan mengkoordinasikan lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental.
Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Health Act”. Dokumen blueprint yang komprehensif, berisi program jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental terus bertambah dengan berdirinya National Association For Mental Health berkerjasama dengan 3 organisasi yaitu : National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus berkembang tahun 1075 di Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lain gerakan kesehatan mental dikembangkan melalui World Federation For Mental Health Organization.
Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Seiring datangnya abad 21 kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh dengan sangan signifikan. Komunitas dan asosiasi psikologis mulai membentuk divisi atau departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan historis untuk memahami kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat (fisiologis).
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Pada umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya aalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu emngurus dirinya sendiri secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata "sehat". Sehat atau tidak adanya seseorang secara mental, belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena itu kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukkan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sehat mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? sehatkah mentalnya? atau sakit? orang itu tidak dapat dinilai sebagai ssehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Orientasi Pengembangan Diri
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan sirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukkan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.  Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukkan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan  tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangkan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
B. Teori Kepribadian Sehat
Kepribadian adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah dilontarkan.
Sehat merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang sadar akan hal tersebut.
I. Aliran Psikoanalisis
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal atau menyimpang.
Sumbangan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. 
II. Aliran Behavioristik
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme — termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan. Pendekatan behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1.      Perilaku harus dijelaskan dalam pengaruh kausal lingkungan terhadap diri individu
2.      Pemahaman terhadap manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif à dikontrol dengan seksama dalam eksperimen laboratorium Manusia dianalogikan atau dianggap sebagai tikus pintar yang mempelajari labirin kehidupan. Behavioristik memiliki pandangan tentang kehendak bebas yaitu perilaku yang ditentukan oleh lingkungan.

III. Aliran Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik memandang behavorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

IV. Teori Kepribadian Sehat Menurut Pendapat Alport
Saat ini teori-teori Allport (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:
1.      Perluasan Perasaan Diri
ketika seseorang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut "partisipasi otentik".
2.      Relasi Sosial yang Hangat
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
3.      Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu.
4.      Persepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
5.      Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego.
6.      Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya
7.      Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness).
Daftar Pustaka :
1. Psikologi pertumbuhan : model-model kepribadian sehat, duane Schultz,kanisius media, jl cempaka 9,deresan, Yogyakarta 55011.1991.
2. Siswanto, S.Psi., M.Si. Kesehatan Mental: konsep, cakupan, dan perkembangan.AndiYogyakarta, 2007.
3. Rochman,  Kholil Lur. (2010). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press
4. Corey, G. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
5. Frankl, Victor E. 2003. Logoterapi Terapi Melalui Pemaknaan Eksistensi. Jogjakarta: Kreasi Wacana
6. Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Kehidupan Bermakna. Jakarta: Rajawali Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar